Efek Pandemi COVID-19 Terhadap Dunia FMCG Serta Solusi Untuk Mengatasinya

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 1 / 5. Vote count: 1

No votes so far! Be the first to rate this post.

Sejak kasus pertama muncul pada bulan Maret 2020, pandemi COVID-19 telah memberikan dampak yang sangat besar di Indonesia, khususnya dunia FMCG. Rantai pasok FMCG terganggu. Setiap pelaku usaha mencoba mencari cara agar tetap bertahan.

Untuk melihat hal ini dari dekat, tim Paper.id telah melaksanakan interview dengan 3 orang expert yang ada di Indonesia. Ketiga orang tersebut bekerja di perusahaan-perusahaan multinasional di Indonesia dan sudah berpengalaman dalam dunia FMCG. Untuk hasil lebih lengkapnya, Anda bisa melihatnya melalui penjelasan dibawah ini.

Dampak paling besar dirasakan oleh grosir dan toko kelontong

Menurut Rikat Raksamiharja selaku distribution development association manager dari Nutrifood, pihak principal tidak terlalu merasakan dampak yang terjadi. Malahan, Nutrifood mengalami kenaikan tingkat permintaan barang. Hal ini ditengarai karena arus FMCG yang termasuk cepat dan kebutuhan umum sehingga tidak terlalu terpengaruh.

Sayangnya, kenaikan itu tidak terlihat pada pihak grosir dan retail. Menurut Rikat, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dilakukan untuk mengurangi tingkat penularan virus membuat toko mereka harus tutup. Selain itu, aturan untuk membuka toko sesuai dengan tanggal ganjil/genap juga turut mempengaruhi pemasukan toko.

Hal ini juga berdampak pada efek pembayaran tagihan mereka kepada distributor. Baik retail maupun grosir kesulitan dalam membayar karena pemasukannya tidak lancar. Dengan begitu, pihak distributor juga mengalami kesulitan karena tidak bisa mendapatkan pembayaran tagihan secara tepat waktu.

Untuk mengatasinya, Sr. Trade Marketing Manager PT. Mondelez Internasional, Varend melihat bahwa pebisnis perlu memiliki manajemen A/R yang baik. Selain itu, sistem Pareto dapat mengurangi efek yang ada dengan mapping masalah sekaligus langkah pemecahan yang perlu dilakukan.

Disisi lain, COO Enesis, Budiman Goh melihat bahwa solusi pendanaan usaha bisa menjadi salah satu solusi cepat yang bisa membantu para pengusaha dalam mengatasi masalah pembayaran tagihan yang tidak lancar. Namun, ia melihat P2P lending perlu melakukan sosialisasi yang tepat, mengingat masyarakat belum terlalu familiar dengan hal tersebut.

Gambaran new normal dalam dunia FMCG setelah pandemi usai

Mengenai gambaran new normal yang akan terjadi, Budiman Goh mengungkapkan kalau efek rebound hanya akan terjadi sebanyak 80% saja. Selain itu, kabar vaksin Moderna/Pfizer tentunya tidak terlalu mempengaruhi aktivitas rantai pasok FMCG, karena mereka hanya fokus pada aktivitas day-to-day saja.

Varend melihat, pandemi COVID-19 memberikan 2 perubahan yang pasti. Pertama, hal ini akan menjadi alarm bagi para pengusaha, sehingga mereka perlu mempersiapkan solusi cadangan agar bisa mengatasi keadaan yang tidak pasti.

Kedua, new normal juga turut mengubah kebiasaan konsumen. Hal ini juga diperkuat oleh riset Nielsen dimana, produk-produk personal care, kebersihan, makanan dan kesehatan ditengarai akan tetap tinggi meskipun pandemi telah berlalu.

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 1 / 5. Vote count: 1

No votes so far! Be the first to rate this post.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Total
0
Share