Pembiayaan rantai pasokan atau supply chain finance adalah bentuk pembiayaan pemasok di mana pemasok dapat menerima pembayaran awal pada faktur mereka. Dapat dikatakan pula supply chain finance adalah program terstruktur di mana bank atau lembaga keuangan menawarkan fasilitas modal kerja jangka pendek kepada pemangku kepentingan rantai distribusi yaitu perusahaan, distributor dan pengecer.
Adapun tujuan dari pembiayaan distribusi rantai pasok antara lain untuk membantu mengurangi risiko bagi perusahaan dengan memperpendek siklus piutang serta meningkatkan loyalitas pelanggan sambil memanfaatkan jalur kredit yang lebih banyak dan lebih lama.
Baca juga: Cara mengurangi budget procurement untuk mengurangi profitabilitas perusahaan
Seperti yang kita ketahui ritel adalah kegiatan komersial yang sangat vital yang perkembangannya pun sangat cepat. Industri ritel memberikan pelanggan kesempatan untuk membeli barang dan jasa dari berbagai jenis pedagang.
Pada sektor FMCG khususnya, pengecer umumnya menerima kredit persediaan selama 7-10 hari, yang berarti bahwa mereka harus membayar kembali biaya persediaan dalam waktu tersebut. Lembaga keuangan dapat memberikan pembiayaan kepada pengecer melalui pinjaman yang lebih besar atau jangka waktu yang lebih lama, sehingga meningkatkan omset pengecer.
Sebagai salah satu mata rantai dalam supply chain management, perusahaan distributor dituntut untuk mampu melakukan peran yang optimal dalam mengalirkan produk dari principal pada mata rantai pasokan berikutnya. Pengelolaan modal kerja dan manajemen keuangan pada perusahaan distribusi merupakan hal yang sangat esensial untuk menjaga dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi bisnis.
Bagaimana cara kerja supply chain finance?
Dalam praktiknya supply chain finance tidak seperti teknik pembiayaan piutang lainnya, seperti anjak piutang, pembiayaan rantai pasokan diatur oleh pembeli, bukan oleh pemasok.
Proses supply chain finance
- Pembeli membeli barang atau jasa dari pemasok
- Pemasok menerbitkan faktur kepada pembeli, dengan pembayaran jatuh tempo dalam beberapa hari tertentu (misalnya: 30 hari, 60 hari, atau 90 hari)
- Pembeli menyetujui faktur untuk pembayaran
- Pemasok meminta pembayaran lebih awal pada faktur
- Pemberi dana mengirimkan pembayaran ke pemasok, dengan sedikit potongan biaya
- Pembeli membayar pemberi dana pada tanggal jatuh tempo faktur.
Berdasarkan proses tersebut pemasok dapat menyerahkan faktur atau invoice kepada pihak bank atau lembaga keuangan yang dipilih. Selanjutnya pemasok memiliki opsi untuk menukar faktur tersebut dengan akses kepemilikan uang tunai dari penyandang dana sambil menunggu tanggal faktur jatuh tempo. Dengan proses yang mudah dan cepat SCF juga dapat membuat cash flow usaha Anda berjalan lancar dan stabil.
Baca juga: Mengenal lebih dalam tentang ROE dan rumus perhitungannya
Pentingnya SCF untuk perbaikan ritel
Dengan adanya SCF dapat menyelaraskan permintaan dengan pasokan yang ada seperti pengadaan barang, manajemen pemasok, mengelola hubungan dengan pelanggan serta manajemen risiko. Selain itu adanya SCF akan membawa dampak positif pada usaha atau bisnis Anda terutama dalam rantai pasok. Oleh karena rantai pasokan penting bagi suatu perusahaan untuk dapat menyediakan produk yang tidak hanya murah, namun berkualitas, bervariasi, dan juga disediakan tepat waktu sebagai pelaku usaha diharuskan untuk selalu memperhatikan dan menjaga rantai pasoknya.